haha .. about me !

haha .. about me !
gue Dinda :)

Rabu, 24 November 2010

Cerpen-7 HARI BERSAMA DEVA


      13 tahun yana lalu aku dilahirkan, diantara sebuah keluarga yang harmonis dan hangat. Tapi sepertinya kelahiranku dianggap membawa bencana. Ayahku meninggal pada saat aku dilahirkan, tepatnya pada 31-Desember 1997 pada pukul 22.02. Ayahku meninggal sebab, ketika beliau mengalami kecelakaan mobil pada saat ingin menemani ibuku melahirkanku. Sampai sekarang pun aku belum pernah melihat wajah ayah.
          Kesedihanku bertambah ketika ibuku menyusul ayahku ke surga pada saat aku berumur 2 tahun. Ibuku meninggal mungkin juga karenaku, Ketika itu rumah yang di bangun susah payah oleh kedua orangtuaku terbakar habis dilalap api. Saat itu aku berada didalam rumah dan ibuku berusaha menyelamatkanku. Aku mungkin selamat tetapi ibuku tertimpa runtuhan atap dan tidak dapat tertolong lagi. Setiap aku memikirkan kejadian itu semua, aku selalu ingin menangis. Aku selalu bertanya kepada Tuhan “mengapa aku dilahirkan, kalau aku hanya membawa bencana?” dan kadang kali aku juga berharap aku ingin menyusul ayah dan ibuku di surga dan menjalani hidup bahagia sebagai keluarga yang utuh.
          Setelah kejadian itu aku dirawat dan dibesarkan oleh bibiku. Bibiku memang bukan orang yang termasuk orang yang lembut dan ramah. Tapi aku sudah terbiasa sebab 13 tahun aku bersamanya.
Kini aku duduk di bangku kelas 8 atau smp kelas 2. Tetapi kehidupanku tidaklah seperti anak yang lainnya. Sejak berumur 6 tahun aku telah diajarkan bibi untuk bekerja. Bibiku mendidikku dengan keras. Bibiku telah menerapkan”Tidak boleh makan sebelum pekerjaan selesai”. Jadi akulah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Aku tau, aku hanyalah sebagai benalu yang menumpang hidup pada bibi.
Tetapi rasanya aku ingin kabur dari rumah bibi. Badanku serasa ingin remuk. Setiap hari aku harus berjualan susu keliling dan Koran di pagi hari, sepulang sekolah aku harus mengurusi sapi dan sawah bibi, lalu aku harus menyiapkan makan malam disore hari, hingga malam hari aku harus mencuci baju, mencuci piring, mennyapu, mengepel lantai dan pekerjaan yang lainnya. Sampai-sampai jam 11 malam baru selesai dan dari jam 11 malam aku harus belajar dan mengerjakaan tugas. Kadang-kadang aku hanya makan sekali dalam sehari. Itu juga kalau ada sisa makanan, kalau tidak ada .. ya tidak makan. Tapi aku selalu menyisihkan uang jajan untuk makan pada jam  istirahat sekolah.
Sering aku mendapat pukulan dari bibi sebab aku telat pulang sekolah atau aku belum selesai mengerjakan pekerjaan. Bibi juga sering memukul atau menempeleng kepalaku apabila bibi sedang ada masalah dengan suaminya. Bibi selalu melampiaskan kemarahannya pada ku. Tetapi aku bisa buat apa.
Skip>>>>>>
Dua bulan lagi aku berulang tahun. Tapi tetap saja seperti biasanya, mau 3 hari sebelum ulang tahun atau pada saat ulang tahun pun, tidak ada yang spesial. Belum pernah aku mendapatkan hadiah ulang tahun. Jangankan kado ulang tahun, bibi saja tidak pernah tau aku ulang tahun.
Skip>>>>>>
Dihari minggu itu kejadian yang tidak pernah kulupakan terjadi. Waktu itu, aku ditugaskan bibi untuk menjaga Doni yang berumur 4 tahun sedang berenang di kolam belakang rumah, tetapi pada waktu bersamaan adik Doni yang bernama Tiara yang berumur 3 tahun memintaku untuk membuatkannya susu. Doni yang waktu itu belum bisa berenang dan masih terlalu kecil untuk berenang sendirian, aku tinggalkan sendiri. Dan saat aku kembali ke kolam renang, Doni sudah berada di pelukaan bibi dengan muka sangat pucat. Aku sangat takut dengan apa yang terjadi selanjutnya. Benar apa kata firasatku. Bibi lalu menenggelamkan kepalaku ke kolam. Lalu kepalaku dihempaskan dipinggiran kolam renang dengan keras hingga aku mengalami pendarahan sangat hebat dikepalaku. Sudah 2 hari aku tidak sadarkan diri.  Selama itu aku bermimpi datang seekor kuda putih menghampiriku dan membawaku ketempat yang sangat indah. Tempat itu seperti aku berada di surga. Lalu terdengar bisikan nyanyian seorang ibu dengan lembut dan penuh kasih sayang.Lagu itu mengingatkanku dengan ibuku. Hanya lagu itu lah yang aku ingat dari ibuku. Ibuku selalu menyanyikannya untukku sebelum tidur. Dan saat aku ingin membuka kedua mataku dengan harapan ibu ada didepanku dengan mengusap lembut rambutku. Tetapi saat aku telah membuka mata…. Hanya ada tumpukan kardus dan sehelai kain yang ada dihadapan ku. “Huh…..ada di kamar, bukan di surga.” Dengan sebab apa aku tiba-tiba menangis. Aku merasa ingin mati saja. Aku tidak tahan lagidengan cobaan ini. Setelah aku puas menangis, Lalu aku berjalan menuju kamar bibi dengan maksud ingin minta maaf. Aku akan merasa sangat bersalah pada bibi.  Tapi setelah ku lihat, dikamar bibi tidak ada satu orang pun.

Skip>>>>>>
  
Sebulan setelah kejadian itu temanku mengusulkan aku harus periksa ke dokter, sebab sering aku mengeluarkan darah (mimisan). Dan sering juga aku pingsan dan muka ku pucat. “Mungkin itu aku hanya kecapean” Fikirku. Tapi lama-kelamaan aku mulai merasa di badanku ada yang salah. Aku merasa mulai merasakan dampak dari pukulan bibi. Dengan matang aku memikirkannya. Aku putuskan apa pun yang dikatakan dokter nanti aku akan menerimanya.
Setelah pulang sekolah, aku menyempatkan untuk periksa ke dokter. Dengan rasa takut aku masuk ke ruangan dokter.
“Selamat siang dok” Sapaku.
“Siang. Silahkan duduk. Ada keluhan apa dik?” Jawab dokter
“Saya selalu merasa pusing dan sering mimisan” Jawabku.
“Apa kamu selalu kecapean atau selalu mengerjakan pekerjaan yang berat?” Tanya dokter.
“Oh.. itu sudah biasa dok” Jawabku.
“Badan mu penuh dengan memar-memar dan luka. Apakah kau sering mendapatkan pukulan?” Tanya dokter lagi.
“Itu hanya hukuman saja” Jawabku.
“Saya khawatir. Apa kah saya bisa bertemu dangan kedua orangtua mu?” Tanya dokter.
“Maaf dok. Dari kecil memang saya sudah ditinggalkan kedua orangtua saya.” Jawabku.
“Oh… Maaf. Apakah adik bisa tes darah besok?”Tanya dokter.
“Memang saya sakit apa? Sampai harus tes darah segala.” Jawabku takut.
“Saya juga belum tahu pasti. Jadi apakah adik bisa menjalani tes darah besok?” Tanya dokter.
“Ya”. Jawabku  Khawatir.

          Malamnya aku tidak bisa tidur. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padaku. Tetapi saat ku mulai memejamkan mata ,,, terdengar suara bisikan  nyanyian ibu itu lagi. Nyanyian itu membuat tenang hatiku. Lama-lama mataku meneteskan air mata. Aku teringat ibuku menyanyikan lagu itu untukku apabila aku merasa takut atau pun gelisah. Tetapi aku selalu tenang setelah ibuku menyanyikan lagu itu.
Kata mereka diriku slalu dimanja…. Kata mereka diriku slalu ditimang….…. Oh.. bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di  dalam hatiku.”

          Di pagi hari aku bangun, dengan segar dan semangat. Tetapi tidak dengan badan ku. Sudah langganan setiap pagi aku selalu mimisan dan merasa sangat pusing. Tapi itu tidak menghalangi ku tuk berangkat sekolah. Aku teringat perkataan dokter. Aku harus datang tepat waktu.
          Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju rumah sakit. Dengan terburu-buru aku sampai di ruangan tes darah. Dokter juga sudah menunggu. Setelah di tes darah, aku segera pulang dan mengerjakan pekerjaanku seperti biasa. Dan pukul 11 siang aku harus mengambil tes darah di keesokan harinya.
          Skip>>>>>>
          Sekarang pukul 11.05 aku telat 5 menit. Dengan berlari aku hampir menabrak seorang pemuda yang sedang duduk dikursi rodanya. Dengan tanpa minta maaf aku langsung pergi ke ruangan dokter. Setelah sampai di ruangan dokter, aku melihat dokter dengan raut wajah yang murung ” Ada apa ini? Kenapa aku merasa sangat takut?” dalam hatiku.
“Hasilnya apa dok? Saya tidak apa-apa kan?” Tanya ku cemas.
“Sebaiknya kau jangan kecapean dan hindari pukulan-pukulan itu lagi” jawab dokter murung.
“Apa? Ada apa?”
“Jauhi juga luka-luka. Maupun sekecil apapun”
“Maaf dok”. Dengan paksa aku ambil amplop di tangan dokter. Setelah aku buka.
Aku tidak bisa berkata lagi. Aku hanya diam.
“Aku gak percaya. Ini pasti salah. Atau juga bisa ketuker. Ya kan dok?” Dengan setetes air mataku jatuh.
“Kau harus minum obat ini 3 kali dalam sehari. Dan jangan lupa minum obat pereda sakit dan kau juga harus menjalani cuci darah dengan rutin ” . Kata dokter.
“Barapa lama aku akan bertahan?” tanyaku tak percaya.
“Ini sudah stadium akhir. Jadi kau harus menuruti apa kataku. Kau hanya bisa bertahan 7 hari lagi. Kau tau, anakku juga sepertimu. Dia mengalami penyakit yang sama sepertimu. Aku tidak ingin kejadian itu terulang lagi.” Bentak dokter.
Tanpa peduli apa yang dikatakan dokter, aku pun keluar dengan rasa sedih bercampur takut.Aku hanya terdiam dan menangis. “Apa yang harus aku lakukan?”
Lalu dari jauh seseorang berkursi roda yang tadi aku tabrak datang menghampiriku.
“Deva. Namaku Deva. Kau siapa?” kata laki-laki itu.
Aku hanya diam dan meninggalkan orang itu. Tiba-tiba dengan cepat laki-laki itu memegang tangan ku.
“Cepat dorong kursi rodaku. Dan ikuti kataku. Aku akan membawa mu ketempat yang akan membuatmu lebih baik.”
Dengan rasa terpaksa aku mengikuti semua perkatannya sebagai rasa minta maaf.
“Kau akan membawa ku kemana?” kataku.
“Lihat saja nanti. Kau pasti suka.” Kata Deva.
          Setelah 5 menit menaiki lif.
“Nah….. sampai juga.” Kata Deva.
“Ini kan atap rumah sakit”. Tanyaku heran.
“Disini kau bisa melepaskan semua beban yang sedang kau hadapi.” Jawab Deva.
“Caranya?” Tanyaku.
“Ikuti aku ya…. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..                              kau harus teriak sekenceng-kencengnya. Ayo coba”. Jawab Deva.
“Benarkah?                                                                           Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……. ” Teriakku.
“enak kan?” Tanya Deva.
“Hmmmm.. ya. Sedikit membantu”.
          Dari Deva aku belajar sedikit kalau berteriak akan sedikit membantu. Kita sama-sama diam sejenak. Tapi Deva mulai berbicara.
“Aku mengalami kecelakaan mobil pada aku berumur 8 tahun. Setelah mengalami peristiwa itu aku cacat (tidak bisa berjalan lagi), ayah dan ibuku sepertinya tidak ingin melihat anak cacat seperti ku. Lalu setelah beberapa tahun kemudian aku dikabarkan mengalami penyakit liver. Sejak saat itu , orang tuaku meninggalkan ku dirumah sakit ini . Mungkin orangtuaku malu mempunyai anak seperti ku. Sudah cacat, penyakitan pula.Jadi aku sudah di rumah sakit ini sekitar 5 tahun tanpa ada seorang pun yang melihat keadaan ku dan itu membuatku merasa kesepian. Tapi aku selalu kesini setiap aku memikirkan hal itu. Aku jadi lupa segalanya. Aku lupa dengan ayah dan ibuku. Dan itu membuatku tenang.”
          Lalu Aku berfikir “Jadi ada juga yang senasip dengan ku. Malahan dia lebih tersiksa dari pada aku”.
“Namaku Sila. Mulai sekarang aku akan menjadi temanmu. Jadi kau tidak akan kesepian lagi.” Jawabku.
“okei…. Sila kau ku terima sebagai temanku tanpa melalui tes dan mengisi formulir…..” Jawab Deva.
          Kita tertawa bersama. Deva…… Deva yang ku kenal orang sangat periang. Aku akan pergi dengan tenang kalau ada Deva. Aku tidak takut lagi dengan penyakit Kanker darah ini. Selama ada  Deva aku akan membuat 7 hari ku ini akan sangat berarti.
*Hari pertama bersama Deva
Keesokannya di pagi hari“Aku tidak akan memakan obat ini. Buat apa aku minum obat kalau penyakit ku sudah stadium akhir. Nantinya juga aku pasti mati.” Dengan rasa lemas aku tinggalkan obat itu. Tapi aku merasa sangat lemas. Dan seperti biasa darah keluar dari hidungku. “Masa bodo lah. yang penting aku masih bisa bertahan”.
Setelah pulang sekolah aku mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Deva. Karena aku sudah janji akan menjenguknya setiap hari. Ku ketuk pintu kamar Deva. Setelah pintu terbuka, aku melihat Deva senyum-senyum sendiri sambil memandangi sepasang gantungan kunci berbentuk sepatu kecil.
          “whoa .. Sila udah dateng. Cepet sini” Kata Deva terlihat sangat semangat.
          “Ada apa? Kelihatannya senang sekali?” Tanya ku.
           “Ini satu untuk mu. Gantungan sepatu ini untuk mu…… Kau yang sebelah kiri   dan aku yang sebelah kanan……  Kau tau artinya apa?” Tanya Deva.
           “Apa?”
           “Kita akan saling melengkapi…”Jawab Deva
           “Hah ? maksudnya?” Tanya ku lagi.
           “Kau bayangkan saja. Kalo sepatu yang sebelah kiri tidak ada, sepatu itu tidak akan berarti. Begitu sebaliknya, kalo sebelah kanan tidak ada, sepatu juga tidak akan ada gunanya. Tapi kalau ada kanan dan kiri, sepatu itu akan berguna. Ngerti gak?”
           “Aku tahu. Berarti sama saja kau akan bergantung pada ku. Dan aku juga sebaliknya akan bergantung pada mu. Kanan dan kiri saling melengkapi. Ya kan?”.
           “Yap……….. Ku beri kau gantungan sepatu karena aku sangat ingin sekali memakai sepatu. Tapi aku tau impian itu tidak akan pernah terjadi. Karena selamanya aku akan duduk di kursi roda.” Sambil sedikit tersenyum.
                               Aku hanya diam dan befikir”Laki-laki ini menderita tetapi tetap saja masih bisa tersenyum.”
           “Sudah hampir magrib, aku pulang dulu. Besok aku akan kesini lagi. Tunggu aku orang aneh”. Kataku sedikit meledek.
                              Sebelum sampai rumah, aku menyempatkan untuk mampir ke toko sepatu.
           “Ini berapa harganya?”Tanya ku .
           “125rb saja.”jawab si penjual.
                              Haduh uang tabungan ku hanya 100rb. Kalo segitu harganya, mana cukup.
`         “100rb saja ya mba. Saya Cuma punya segitu.”
           “Ya sudahlah tidak apa-apa… saya sudah mau tutup”.
           “Wah .. terimakasih banyak ya mba”.
           “Ya… sama-sama”.
                               Deva pasti senang dengan hadiah ku ini. Meski uang tabungan ku habis, tapi nanti akan ada balasan yang lebih dari uang tabungan ku itu. Melihat Deva tersenyum saja aku sudah senang.

           *Hari kedua bersama Deva
                               Pagi harinya aku bungun. Aku tidak bisa merasakan badanku . Badan ku seperti mati rasa. “Mengapa begini?”. Sekujur tubuhku seperti di bungkus kain dengan erat. Ku lihat di bagian tangan dan kaki ku, terlihat sangat jelas memar-memar seperti bengkak. Aku merasakan pusing yang sangat hebat. “Apakah aku sudah separah ini? Aku masih ingin bersama Deva. Dan 5 hari lagi aku akan berulang tahun. Di saat yang bersamaan dengan ulang tahun ku, aku juga akan mengakhiri hidup ku. Aku hanya ingin satu hal di hari ulang tahun ku nanti. Aku ingin Deva ada disaat aku mengakhiri semua penderitaan ini.”
                               5 jam berlalu. Aku tidak sadar bahwa sekarang sudah jam 1 siang. Aku sudah janji pada Deva bahwa aku akan datang. Perlahan-lahan ku gerakan tubuhku. Meski terasa sangat pusing tetapi aku selalu bersemangat apabila ingin menemui Deva.
                               30 menit kemudian aku sampai di depan ruangan Deva di rawat dengan membawa sepatu yang telah ku bungkus kertas kado. Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi Deva setelah ku kasih kado ini. Setelah ku buka pintu kamar itu…………………..Dengan spontan aku kaget melihat Deva yang tergeletak pingsan dilantai dalam posisi duduk. Cepat-cepat aku menghampirinya. Aku sangat cemas melihat Deva. Mukanya kuning pucat, badannya terasa sangat dingin. Aku sangat khawatir, lalu aku berdiri dan ingin memanggil dokter. Tetapi aku kaget saat Deva yang ku kira pingsan ternyata dia memegang tangan ku.”jangan pergi…. Bukan dokter tapi Cuma Sila yang aku butuhkan.”kata Deva pelan.
                               Dengan sigap aku membopong Deva bangun ke  kursi rodanya.
“Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja? Aku sangat khawatir. Mengapa sampai bisa dilantai?” Tanya ku.
“Aku ingin berjalan, membukakan pintu untuk mu. Aku sudah tau kalo kau sudah ada di depan. Tapi aku tidak bisa. Maafkan aku. Memang aku tidak berguna. Pantas saja aku di benci orang tua ku, aku memang tidak bisa apa-apa.” Jawab Deva merendahkan diri.
          “Maaf kan aku datang terlambat. Kau tidak seburuk itu ko. Deva yang ku kenal sangat periang dan menyenangkan. Aku senang bersama mu. ” Hah Aku punya sesuatu untukmu Deva…”
“Apa?” Tanya Deva penesaran.
                   Lalu aku berlutut di hadapannya dan membuka hadiah yang telah kupersiapkan. Lalu dengan kedua tangan ku , ku pakaikan sepatu yang semalam aku belikan untuknya.
“Sila……………. Buat apa kau lakukan ini semua?. Sepatu ini tidak ada gunanya kalau dipakai dikaki ku”. tanya Deva.
“Nah … sekarang sudah siap.. ayo pegang tangan ku, kau coba berjalan ya..” Jawabku.
“Nggak … ngapain aku lakukan hal yang bodoh seperti itu? Mendingan kau pakai aja sendiri…” Jawab Deva sinis.
“Aku rela beli ini pake duit tabungan ku tao…. Dan katanya kau ingin sekali memakai sepatu… Dah sekarang ikuti kataku…. Ayo sekarang kita keatas kita belajar jalan disana” kata ku.
“(Emang aku anak bayi apa yang harus diajarin berjalan) … seterah kau saja lah..”Jawab Deva pasrah.
                   Setelah berada di atas, “mudah-mudahan kau bisa berjalan lagi. Dan pada saat aku meninggal nanti, aku ingin kau menggendongku sampai detik terakhirku.”
“Ayo… pegang tanganku …”
“Tidak usah, aku bisa sendiri.”( gubrak,,,,,)
“Udah aku bilang apa… jangan sok bisa Deva… ayo pegang tangan ku…. Aku janji ko gak bakal dilepasin .”
“Ya…”
“Jaga keseimbangan …. Dan mulailah gerakan kakimu…”
“siap bos…”Jawab Deva.
                   Setelah beberapa kali Deva terjatuh, tetapi Deva terus berusaha. Pada akhirnya.
“Aku bisa…. Lihat Sila, aku bisa berjalan … kakiku bergerak.”Kata Deva senang.
“Hebat… kau langsung bisa berjalan (walaupun sedikit-dikit )dalam waktu singkat. Tunggu… berdiri lah sebentar dan jangan bergerak.”Kataku.
“Buat apa?”
“Sudah kau diam saja. Dan senyumlah.” Jawabku.
                   Lalu ku keluarkan kamera di saku kiri ku.
“Tahan senyum mu ya Deva. Satu,dua, tiga……”
“Hei Sila … aku belum siap tau…”kata Deva kesal.
“hahahha…. Lihat matamu… kau mengantuk ya? Akan ku cetak foto ini..dan ku jadikan sebagai pengusir tikus,,, pasti ampuh..”kata ku.
“SILA… hapus cepat… aku sudah bisa berjalan sekarang, akan ku kejar kau.”teriak Deva.
“Hei … hati-hati… nanti kau jatuh lagi. Sudah duduk , nanti kau bisa kecapean.”Kata ku.
“Eh Sila.. ”
“apa?”
“Makasih ya…”
“Tak apa .. aku kan temanmu”
“Kau memiliki badan yang sehat. Kau bisa berbuat apa saja yang kau suka. Kau bisa berlari kemana saja yang kau suka. Kau selalu merasa senang dimana saja kau berada. Aku iri padamu. Aku ingin sepertimu. Selalu membuat orang tertawa.”Kata Deva.
                   Dalam fikir ku “Kau salah Deva. Aku tidak seberuntung apa yang kau katakan. Maaf kan aku tidak bilang padamu sejak awal permasalanku. Aku tidak ingin kau kasihan pada ku. Aku tidak ingin kau memikirkan masalah ku, jadi aku tidak bilang padamu.  Maaf kan aku Deva. Biar ku rahasiakan ini sediri.”
*Hari ke tiga bersama Deva
          Tuhan aku ingin hidup lebih lama lagi … aku ingin lebih lama bersama Deva … Dialah semangat hidupku … Dia yang memberiku semangat agar terus tersenyum … apa aku harus minum obat ini? Apa aku harus cuci darah? Tapi buat apa kulakukan itu ? nantinya aku juga akan mati … tapi kalau aku tidak minum obat ini, apakah aku masih bisa melihat Deva ?
Hari ini aku putuskan untuk menemui dokter …

Siang pukul 11 . aku sempatkan menemui dokter tanpa ketahuan Deva.
“Siang dok, bisa minta waktunya sebentar ?”
“Ya… silahkan duduk. Ada apa ?”
“kalau saya meminum obat ini ataupun saya cuci darah, apakah saya akan sebuh ?”
“mmm…. Saya tidak bisa memastikan … tapi selagi kamu berusaha untuk sembuh,  Tuhan pasti akan bantu” jawab dokter”
“oh … begitu ya … makasih ya dok”kata ku .
“semangatlah … Tuhan pasti akan memberi jalan yang tepat bagi hambanya”kata dokter.
                   Sambil tersenyum ku keluar dari ruangan dokter. Lalu aku menuju ruangan Deva. Tapi pada saat ku membuka pintu ruangan Deva, Deva tidak ada. Tapi aku tau pasti dia sedang di atap. Secepat kilat aku menuju atap. Benar kataku. Deva ada disana.
“DOOR ….Kau sedang melamun apa?”kata ku.
“Apa ini? Apa yang kau simpan dariku? Kau anggap aku ini apa?”Tanya Deva sedikit mengeluarkan air mata.
“Aku … Aku … Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang ku sembunyikan dari mu.”Jawabku gugup.
“BOHONG !!! Aku dengar semuanya. Jelaskan padaku ! Apa yang kau sembunyikan padaku.” Teriak Deva  sambil menahan air mata.
“Maaf …. Sejak awal aku menyimpan ini dari dulu. Aku takut kalau aku bilang padamu, kau akan menjauhiku. Mungkin kau juga akan merasa kasihan padaku. Dan kau juga memandangku sebagai orang yang lemah. Aku tidak mau itu. Aku ingin menjadi orang yang berguna dimatamu. Maafkan aku Deva.”Jelasku.
“apa ada yang kau sembunyikan lagi? Ceritakan semua yang kau sembunyikan.Aku ini sahabatmu.”Tanya deva.
“Aku anak yatim piatu… ayah dan ibuku meninggal pada saat aku kecil. Saat dimana aku belum pernah merasakan apa itu namanya kasih sayang dari orang tua. Lalu aku diasuh oleh bibiku. Bibiku tidak sebaik yang aku kira. Dia memperlakukan ku seperti hewan. Tidak punya rasa manusiawi. Hingga aku mengalami penyakit ini. Aku merasa kesepian. Aku tidak punya semangat hidup. Tapi saat aku bertemu dengan mu. Aku tidak kesepian lagi. Aku memiliki semangat hidup. Aku terlalu menyayangi mu karena hanya kau yang ku punya. Maaf kan aku Deva” Jawab ku sambil meneteskan butiran-butiran  air mata.
“Medekatlah … akan ku usap air mata mu. Aku akan bersamamu … Aku juga sangat menyayangi mu karena hanya kau yang aku punya.” Jawab Deva.
Terimakasih Deva.
Skip>>>>>>>>>
*Hari terakhir
                   Ini hari terakhirku dan ini juga hari ulang tahunku yang ke 14. Aku ingin sekali kerumah sakit menemui Deva. Tapi aku tidak bisa. Tubuhku seperti diikat rantai. Rasanya Sakit sekali. Tubuhku seperti dicambuk beribu orang, kepalaku seperti ditusuk pedang yang sangat tajam. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku. Bahkan aku tidak bisa menggerakan jariku. Ya Tuhan …. Hanya sekali ini saja…. Berikan aku keajaiban …. Aku ingin melihat Deva sekali lagi … Dengan begitu aku akan tenang.
Tapi percuma saja … aku hanya tergeletak lemas diatas kasur. Aku berharap ada seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun pada ku.
Tanpa kusadari, aku tertidur untuk beberapa saat. Aku bermimpi ada seorang perempuan dan laki-laki menunggangi kuda putih yang sangat cantik. Perempuan itu bewajah cantik dan juga cerah. Dan berkata : “Ikut lah dengan ku. Kalau kau ikut dengan ku, Kau tidak akan merasakan sakit lagi”.
Saat ku terbangun dari tidurku, kulihat seorang berpakaian rapih ada didepanku. Ternyata itu Deva.
Terimakasih Tuhan kau telah mengabulkan permintaan ku.
“Selamat ulang tahun Sila ku.”kata Deva sambil membawa kue ulang tahun yang besar.
“Liat ini Sila. apa kau senang ? Aku sudah siap kan kue yang besar, balon dan hiasan yang lain .. Apa kau bisa melihatnya ?”Lanjut Deva.
“makasih Deva ….”jawabku pelan.
“Lihat ini… aku juga punya hadiah untukmu….”Kata Deva.
“Apa ini?”
“buka saja …”
“sepatu?”Tanya ku.
“Aku pasangkan ya ….”kata Deva.
“Lucu kan … Kau dan aku memakai sepatu yang sama …. ” Kata Deva sedikit senyum.
“Ya …. Kau dan aku memakai sepatu yang sama tetapi kita sama-sama tidak menggunakan sepatu ini. Kau hanya duduk di kursi roda dengan memakai sepatu dan aku hanya terbaring di atas kasur dengan memakai sepatu. Apa kita sekumpulan orang yang tidak berguna?”. Tanya ku.
“Apa kau masih bisa berjalan?”Tanya Deva.
“Aku tidak tau. Tapi sepertinya aku masih bisa berjalan.”jawabku.
“Pegang tangan ku … Kita akan bersama-sama berjalan keluar. Akan ku tunjukan Sesuatu padamu.”kata Deva.
                   Dengan perlahan ku angkat tubuhku. Ku usahakan berjalan. Akan ku lakukan yang ku bisa untuk hari terakhir ku ini. Ketika sampai diluar rumah.
“Duduklah … sebentar lagi juga tau kejutannya. Kau hitung ya …. 1….2…3…”kata Deva.
DOOR….DOOR…. DOOR…
“Wah … Deva ..kembang api ya … Ini pertama kali aku melihat kembang api .. Makasih banyak Deva.”Kata ku.
“Kau suka ?”Tanya Deva.
“Ya.. Tapi…”jawabku.
“kenapa? Kau tidak suka?”Tanya Deva..
“Bukan begitu. Tapi semahal, sebagus apapun hadiah itu, kau lah hadiah yang paling aku suka. Makasih Deva … Kau telah menjadi teman ku …. Aku bahagia bersamamu … Aku tidak akan pernah melupakan mu … meskipun hanya sebentar ku hidup, tapi menghabiskan waktu bersamamu merasa hidupku lebih lama. Sekarang kau tidak perlu menghawatirkan ku lagi… karena aku akan merasa tenang disana nanti … aku akan meminta kepada Tuhan agar kau mendapat pengganti yang lebih baik dari pada aku ..”Jawabku sambil tersenyum.
“Tidak !!! apa yang kau katakan … kau akan bersama ku selamanya … ya kan? Kau sudah janji padaku … Dan aku tidak mau orang lain menggantikanmu … kau yang terbaik… jangan katakan itu !!”Kata Deva panik.
“Aku akan bersamamu selamanya… aku akan selalu hidup dihatimu Deva… Janji padaku ya kalau kau akan sembuh… Dan jangan pernah kau lupakan aku ya … Selamat tinggal Deva .”Kata ku sambil menutupkan kedua mataku. Aku yakin ini saatnya..Ayah, Ibu .. kita akan segera bertemu …
“Jangan .. Jangan katakan itu Sila … Ayo buka kedua matamu … Lihat kembang apinya belum selesai … oh iya, kita juga belum memotong kuenya … jangan pergi dulu Sila …. Aku masih ingin bersamamu ….  ” Kata Deva sambil mengeluarkan air mata.
Skip>>>>>>>>  1 tahun kemudian .
Deva : “Sila aku datang membawakan mu setangkai bunga tulip yang sering kau bawakan untukku saat aku dirumah sakit. Sekarang aku sudah sembuh Sila. Kau tau nanti kalau aku sudah besar, aku akan membangun toko sepatu yang besar. Aku akan beri nama toko itu “Toko Sepatu Sila Dan Deva” apa kau suka Sila? Aku yakin kau suka. Besok aku akan kesini lagi. Aku pergi dulu sila. Semoga kau tenang disana Sila. Aku tidak akan pernah melupakan mu Sila. Andai aku bisa menghentikan waktu … akan ku hentikan waktu saat kau tersenyum dan tertawa. Aku sayang kau Sila.

TAMAT

1 komentar: